SMAN 2 Probolinggo semakin hebat dan inspiratif. Pada tahun pelajaran 2019/2020 ini, sekolah yang berlokasi d jl. Ki Hajar Dewantara itu mencanangkan program baru. Namanya Khataman Al-Quran Harian (One Day Khatam Al-Quran).
Ide brilian ini murni berasal dari kepala sekolah. Beliau mengutarakan alasan yang melatar belakangi idenya ini. Menurut beliau, betapa perlunya seorang siswa memiliki karakter yang baik. Beliau berkeyakinan nilai-nilai spiritual, terutama yang terkandung di dalam al-Quran, sangat besar pengaruhnya bagi kesuksesan seseorang, termasuk siswa. Karena itu, disamping mengembangkan potensi akademik siswa beliau bertekad untuk lebih mengembangkan potensi non akademiknya. Maka dicetuskanlah ide khataman al-Quran setiap hari ini.
Setidaknya, ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan dicanangkannya program ini. Pertama, semakin mengakrabkan generasi muda Islam (baca:siswa) dengan al-Quran dengan cara sering membacanya. Selama ini tidak sedikit siswa yang nota bene seorang muslim tidak begitu paham apa dan bagaimana al-Quran itu. Mereka tahunya al-Quran adalah kitab suci mereka. Itu saja. Mereka jarang membacanya, alih-alih memahami isinya. Selama ini mereka lebih disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang kemampuan akademiknya, seperti ikut bimbingan belajar atau kegiatan ekstrakurikuler yang sudah cukup menyita waktu. Akhirnya tidak ada lagi kesempatan untuk membaca al-Quran.
Kedua, mengubah citra al-Quran dari sekadar ‘buku bacaan’. Meskipun ini sangat dianjurkan dan bernilai ibadah namun ada fungsi lain al-Quran yang jauh lebih penting, yakni sebagai pedoman hidup setiap muslim. Ini merupakan tugas dunia pendidikan juga, menjadikan al-Quran sebagai way of life yang benar-benar dapat mewarnai seluruh aspek kehidupan umat Islam (baca:para siswa).
Kandungan maknanya yang sangat komprehensif dan universal memerlukan kajian-kajian mendalam untuk memahaminya. Karena itu, program ini direncanakan tidak hanya berhenti pada kegiatan mengkhatamkan al-Quran saja. Ke depan diharapkan muncul kajian-kajian untuk mendalaminya beserta multi disiplin ilmu yang mendukungnya. Termasuk dibentuknya program baca tulis dan tahfidz al-Quran.
Jika muncul pertanyaan, apakah mengkhatamkan al-Quran itu ada dasar hukumnya (ada perintah dari Allah swt. maupun Rasulullah saw.)? Apakah Rasulullah atau para sahabat memiliki kebiasaan mengkhatamkan al-Quran?
Nash Hadis yang dengan jelas menyuruh kita mengkhatamkan al-Quran setiap hari memang tidak ditemukan. Namun Rasulullah saw. menganjurkan kita membiasakan diri mengkhatamkannya sekali dalam sebulan. Ada juga sahabat Nabi yang dibolehkan setiap tujuh hari sekali, bahkan tiga hari sekali. Dari beberapa riwayat Hadis ini lalu para ulama menyimpulkan bahwa siklus pengkhataman bergantung kepada kemampuan dan kondisi masing-masing, termasuk jika dikhatamkan setiap hari seperti yang diterapkan di SMAN 2 Probolinggo.
Adapun tata caranya sebagai berikut. Setiap kelas mendapatkan bagian satu juz untuk dibaca setiap pagi. Tentang bagaimana pembagian ayatnya diserahkan kepada kelas masing-masing. Ada kelas yang setiap siswanya mendapat jatah membaca beberapa ayat. Ada juga kelas yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok ini membaca satu juz yang disimak oleh siswa lain yang tidak mendapat tugas membaca. Begitu seterusnya secara bergantian setiap hari.
Bagaimana dengan para guru dan staf administrasi? Mereka juga tidak ketinggalan ikut berperan aktif dalam program ini. Karena jumlah kelas di SMAN 2 Probolinggo ada 21 kelas, berarti sudah ada 21 juz yang telah dibaca. Sisanya adalah jatah bagi para guru dan staf administrasi. Caranya juga hampir sama dengan siswa. Bedanya, ada beberapa guru yang menawarkan diri untuk membaca satu juz sendirian. Dengan demikian, setiap hari kita sudah berhasil mengkhatamkan al-Quran.
Program ini bukan tanpa ada kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya. Diantara hambatannya adalah tidak semua siswa mampu dan lancar membaca al-Quran. Bahkan ada juga guru dan staf yang kondisinya demikian. Namun ini justru bernilai positif dimana program ini bisa menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk belajar membaca al-Quran dengan lebih intensif.
Kendala lainnya adalah belum adanya cara memastikan bahwa juz atau ayat itu benar-benar telah dibaca. Bisa jadi ada siswa yang tidak melaksanakan tugas dengan semestinya. Namun demikian, kondisi ini juga ada sisi positifnya. Saat inilah kesempatan kita untuk mendidik siswa memiliki karakter jujur dan bertanggung jawab. Jika ada yang mengaku sudah membaca padahal sebenarnya belum, maka pasti ada beban psikologis bagi yang bersangkutan. Tentu ini adalah urusan dan tanggung jawab masing-masing dengan Allah Swt. Dia bisa saja membohongi orang lain, tapi tidak kepada Allah swt. dan dirinya sendiri.
Memang program ini masih jauh dari sempurna. Dibutuhkan beberapa pembenahan agar ke depan bisa berjalan lebih baik lagi. Terlepas dari semua itu, program ini merupakan terobosan baru di dunia pendidikan yang layak mendapatkan apresiasi dan dukungan semua pihak. Harapannya, nilai-nilai religiusitas akan semakin tertanam dengan baik pada diri siswa dan seluruh sivitas akademika. Aamiin. Wallahu a’lam.